Mengendalikan Banjir Perkotaan
Dina Kusumaningrum
20 April 2021
Kerap terjadi banjir di perkotaan, membuat kita bertanya-tanya, apakah penyebabnya, mengapa belum juga teratasi padahal telah terpola bahwa hampir selalu muncul banjir 5 tahunan, 10 ataupun 20 tahunan. Studi tentang drainase telah banyak dan bermunculan sejak lama bahkan jurnal dan studi kasus bermunculan. Namun masalah masih berulang. Banjir atau genangan akibat curah hujan yang tinggi kerap muncul pada perkotaan, bahkan beberapa kota di Timur Indonesia mengalami banjir karena Badai tropis seroja, Kelembaban udara, dan Kecepatan angin.
Penyebab-Penyebab Banjir di Indonesia :
- Musim Penghujan : Indonesia memiliki dua musim, dimana musim
penghujan beberapa tahun ini cukup panjang
menjadikan beberapa daerah rutin terjadi
banjir.
- Intensitas curah hujan yang cukup tinggi,
menjadi momok tersendiri
Contoh :
Prakiraan Curah Hujan Musim Kemarau di Jawa Timur
lebih dari 80% di musim penghujan (bulan Oktober
2019-April 2020). Dengan rerata curah hujan tahunan
2000 mm. (BMKG, 2020)
- Penanganan banjir yang dilakukan masih secara
sporadis dan lebih mengarah pada penanganan
teknis infrastruktur daripada non-infrastruktur.
- Kelembaban Udara dan Cuaca ekstrim, kerap terjadi pada 10 tahun terakhir di Indonesia.
- KAPASITAS SUNGAI/DRAINASE. Kapasitas Pengaliran Sungai dan Drainase Lingkungan tidak memadai.
- DAERAH TANGKAPAN AIR
daerah tangkapan air yang berupa daerah permukiman dan
perkotaan.
- ALIRAN TERHAMBAT, tidak lancarnya aliran drainase lingkungan dan drainase utama ke
sungai karena sampah/sedimentasi.
- INTENSITAS HUJAN, intensitas hujan tinggi menyebabkan naiknya jumlah aliran permukaan akibat
meningkatnya luasan daerah kedap air serta berkurangnya daerah resapan,
sumbatan sampah dan atau tidak berfungsinya pompa banjir.
- PASANG AIR LAUT
Pada perkotaan yang terletak di dekat laut, banjir akan semakin parah jika terjadi
bersama pasang air laut. Aliran sungai dan drainase tidak dapat mengalir karena
tertahan air pasang. Misal : Banjir rob di Semarang.
- SUMBER DAYA MANUSIA, sering kali kurangnya kesadaran manusia untuk menjaga dan melestarikan lingkungan Misal : Masyarakat membuang sampah dan merusak bangunan air disekitarnya.
Lalu, apa saja kah yang telah dibuat oleh Pemerintah untuk mengatasi banjir perkotaan. Singkatnya tentu penataan kota, normalisasi sunga, membuat dam tampungan saluran air, hingga ke sistem integrasi untuk water management.
Sistem Integrasi Managemen Air atau Intergrated Water Resources Management (IWRM), sebuah kondisi dengan Pendekatan yang mengutamakan fungsi koordinasi dalam pengelolaan air, tanah dan sumber daya terkait,
guna memaksimalkan hasil secara ekonomis dan kesejahateraan sosial, dalam pola yang tidak
mengorbankan keberlangsungan ekosistem vital (Global Water Partnership, 2000).
Tahapan Pengendalian Banjir Perkotaan.
Tahapan Pertama : Pendekatan yang mengutamakan fungsi koordinasi dalam pengelolaan air, tanah dan sumber daya terkait, guna memaksimalkan hasil secara ekonomis dan kesejahateraan sosial, dalam pola yang tidak
mengorbankan keberlangsungan ekosistem vital (Global Water Partnership, 2000).
Tahapan Kedua : Pengendalian banjir secara
non infrastruktur (metode non-struktur)
Permasalahan : kurangnya
kesadaran masyarakat untuk
tidak membuang sampah dan
perusahaan membuang
limbah
Tujuan dari kegiatan ini adalahPenanganan sampah; Penambahan daerah
resapan; Penanganan limbah ke
sungai.
Tahapan Ketiga : Pengendalian banjir dengan
pembangunan infrastruktur
(metode struktur)
Permasalahan : penanganan
dengan infrastruktur cenderung
membutuhkan biaya yang besar, Contoh : Pintu air raksasa muara
sunggai Maas dan Rigin di
kota Rotterdam; Saluran pengendali Banjir
besar di Kota Osaka, Jepang
; Pembangunan bendungan
Sutami dan Terowongan.
Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
- Capacity Building yang mencukupi : Menjadi kunci keberlanjutan pelaksanaan pengelolaan sumber daya air.
- Manajemen Sumber Daya Air : Harus dilakukan sampai ditingkat terbawah (Masyarakat sebagai user juga harus teredukasi).
- Stakeholder : Keterlibatan seluruh pemangku kepentingan (masyarakat, pemerintah,
swasta).
- Perlakuan terhadap Air : Air harus diperlakukan sebagai sumber daya yang mempunyai nilai
sosial dan ekonomi yang tinggi.
Penanganan Dengan Infrastruktur.
Pintu Air Raksasa Kota Rotterdam
Tanggul laut di utara Amsterdam
pintu air raksasa di sekitar muara
sungai Maas dan Rijn
Berfungsi untuk menahan pasang
air laut dan menyediakan
tampungan air tawar.
Penanganan Pengendali Banjir
Besar di Jepang
Membuat system
cathedral/bendungan bawah
tanah dengan monitoring khusus.
Penanganan Pengendali Banjir
Besar di Indonesia
Terowongan Niama untuk
mereduksi debit Brantas ke laut,
Waduk Sutami dan Banjir Kanal
Barat di Semarang.
Normalisasi sungai perkotaan :

Masih banyak contoh penanganan banjir lainnya, dalam pelaksanaan hariannya masih sangat perlu ke depannya untuk membuat sistem terintegrasi tanpa batasan wilayah sungai atau terkotakkan siapa yang menangani permasalahan banjir perkotaan, apakah pemerintah daerah atau pemerintah pusat (melalui Kementrian PUPR).

Implementasi IWRM :
Tujuan Utama :
- Menekan beban aliran
permukaan
- Meningkatkan kapasitas
sungai serta saluran
drainase perkotaan
Peran Pemerintah :
- Fasilitator : mendorong partisipasi masyarakat
- Regulator : peraturan menata pengendalian
banjir perkotaan
- Developer : pembangunan infrastruktur fisik
/non fisik berupa rencana tata ruang,
rencana induk hingga rencana detail, kajian
sosek, Kajian Larap dan dokumen lingkungan.
Partisipasi Pemangku Kepentingan :
- Peran masyarakat didorong
dalam penanganan
sampah rumah tangga.
- Peningkatan daerah
resapan air.
- Pengurangan daerah
kedap air.
Faktor Keberhasilan Pengelolaan SDA

Sumber Daya : Keterampilan dan sumber
daya yang memadai untuk
terlaksananya partisipasi
masyarakat dalam
pengelolaan air, termasuk
dalam manajemen system
pengelolaan air.
Dana : Keterampilan dan sumber
daya yang memadai untuk
terlaksananya partisipasi
masyarakat dalam
pengelolaan air, termasuk
dalam manajemen system
pengelolaan air.
Organisasi : Hubungan organisasi yang
kooperatif harus dikembangkan
sehingga baik individu/kelompok
masyarakat dapat berpartisipasi
dalam merencanakan dan
pengelolaan air.
Proses : Proses yang efektif dan
memadai dalam OP
pengelolaan drainase
dan sungai
Teknologi : Teknologi yang efisien
agar pemnfaatan sumber
daya bisa lebih efektif
Pemantauan : Sistem pemantauan,
umpan balik dan evaluasi
harus dikembangkan dan
diperkuat.
Sehingga dalam penanganan banjir perkotaan ini perlu kolaborasi dan sinergi antar pemangku kepentingan serta peran aktif masyarakat dalam pengendalian sampah dan solusi pemanfaatan sampah sebagai pembangkit listrik seperti di BantarGebang dapat menjadi solusi ramah lingkungan guna memanfaatkan energi dari amoniak sampah di lokasi TPA Bantar Gebang.
Semoga dapat bermanfaat untuk menambah wawasan kita mengenai penanganan banjir perkotaan serta menambah kesadaran untuk mengurangi sampah demi terjaga dan melestarikan lingkungan juga mengurangi penyebab genangan air.
Source : Hydro Talk - Series 2 #Hathi dan Portal Berita lainnya.